Skip to main content

Fujitsu

Indonesia

Fujitsu: Separuh Lebih Institusi Penyedia Layanan Finansial Terkendala Soal Skil untuk Mengusung Transformasi Digital

News facts:
  • Di sektor industri layanan finansial terdapat temuan bahwa CEOs berperan pula sebagai ujung tombak dalam pengadopsian digital dan angka temuan ini jauh lebih tinggi dibandingkan di sektor-sektor industri lain
  • Tiga perempat institusi keuangan begitu bergairah untuk segera mewujudkan pengadopsian digital
  • Studi yang menyasar lebih dari 600 pengambil keputusan IT di wilayah Eropa setuju bahwa transformasi digital merupakan hal vital, namun justru mereka tidak menempatkannya sebagai prioritas dalam perencanaan strategis perusahaan
Jakarta, April 27, 2016 – Pemimpin-pemimpin bisnis di Eropa sepakat bahwa transformasi digital merupakan hal yang begitu krusial dalam upaya mereka memupuk kesuksesan bisnis di masa mendatang. Namun, di sisi lain, dari sebuah laporan hasil studi1 yang didelegasikan oleh Fujitsu terungkap bahwa lebih dari separuh responden menyatakan bahwa mereka terkendala masalah skil dalam mendukung penyelenggaraan transformasi digital di lingkungan mereka – hal ini terlihat dari kegagalan mereka dalam menyusun strategi yang jelas untuk mewujudkan hal tersebut, dan mayoritas dari mereka masih melihat bahwa seluruh proses digitalisasi ini sebagai pertaruhan bisnis yang berisiko.
Di luar luasnya persepsi bahwa industri layanan finansial saat ini tengah siap dengan gelombang baru digitalisasi, namun 64 persen mengungkapkan masih menimbang-nimbang apakah mereka telah menjatuhkan pilihan yang tepat soal pengadopsian digital. Hal ini terlihat dari fakta bahwa separuh lebih atau tepatnya 52 persen dari mereka ternyata tidak memiliki skil yang cukup untuk menyelenggarakan proyek-proyek transformasi digital di perusahaan mereka. Di sisi lain, tiga perempat jumlah responden sepakat bahwa kesuksesan penyelenggaraan transformasi digital di perusahaan dianggap seperti bermain roulette – meski bisa membawa keuntungan finansial yang tinggi bila berhasil, namun di sisi lain, risiko yang disandangnya juga tinggi. Angka tersebut tercatat sedikit lebih tinggi dbandingkan dengan angka persentase yang tercatat untuk kancah cross-industry.
Survei yang menyasar lebih dari 600 C-level executives dan pengelola anggaran IT perusahaan mengungkapkan masih membuncahnya optimisme di berbagai sektor industri terkait transformasi digital di perusahaan mereka. Di industri layanan keuangan misalnya, hampir seluruh keputusan terkait digital dicetuskan oleh tampuk paling tinggi – seringnya oleh pejabat setingkat CEO. Lain halnya di industri ritel, manufaktur dan utilitas, serta di sektor-sektor publik, semangat ini biasanya muncul dari tampuk pimpinan selevel lebih rendah dari level CEO perusahaan.
Fujitsu menganalisis bahwa hal tersebut terjadi kemungkinan disebabkan adanya pemahaman bahwa penciptaan nilai dan upaya mewujudkan kanal-kanal baru yang mendorong derasnya pendapatan perusahaan melalui digitalisasi dianggap sebagai hal yang maha penting dan sangat fundamental bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor perbankan dan keuangan. Dibandingkan dengan sektor lain, 43 persen responden dari sektor layanan keuangan menempatkan hal tersebut sebagai alasan paling pokok yang melandasi setiap upaya mewujudkan terselenggaranya proses digitalisasi di perusahaan. Namun di sisi lain, hanya dua pertiga yakin bahwa institusi mereka akan mampu meraih keuntungan dari penerapan pendekatan strategis yang lebih seimbang dalam belanja IT, yakni antara pembelanjaan untuk mendukung terselenggaranya proses transformasi IT dengan untuk pengelolaan IT sehari-hari.
Ravi Krishnamoorthi, Senior Vice President & Head of Business Applications Services, EMEIA , menuturkan, “Temuan-temuan dalam riset yang diselenggarakan oleh Fujitsu tersebut mencerminkan kondisi sehari-hari saat bersentuhan langsung dengan klien-klien di sektor layanan keuangan: yakni bahwa CEO mengambil tampuk yang mendorong suksesnya penyelenggaraan proses digital di perusahaan. Pemimpin-pemipin sektor melirik Fujitsu untuk memberikan dukungan yang spesifik bagi sektor keuangan serta pelatihan-pelatihan yang selaras dengan regulasi industri. Selain dianggap begitu versatil untuk urusan digitalisasi, dukungan dari Fujitsu mampu mendukung mereka dalam mengatasi adanya gap dan kendala terkait skil dalam memitigasi risiko dan di sisi lain mampu menyeleraskan dalam belanja IT, baik itu antara pembelanjaan untuk mendukung terselenggaranya proses transformasi IT dengan untuk pengelolaan IT sehari-hari.”
Adanya tuntutan yang tinggi terhadap institusi perbankan dan finansial terkait hal ini menjadi salah satu pemicu terselenggaranya proses transformasi di sektor-sektor tersebut. Kanal-kanal fisik tradisional, seperti kantor-kantor cabang dan ATM, kini mau tidak mau, harus turut berevolusi sehingga dapat koeksis dengan kanal-kanal digital demi menyeleraskan dengan tingginya ekspektasi pelanggan dan menunjang perilaku-perilaku konsumer yang begitu dinamis, serta menghadirkan pengelolaan transaksi yang kian nyaman bagi mereka, khususnya melalui aplikasi-aplikasi bergerak.
Ravi Krishnamoorthi kemudian menambahkan, “Kami mendukung sektor perbankan dalam upaya mereka mengadopsi pendekatan strategis IT yang unik dan yang mampu mendukung terselenggaranya inisiatif-inisiatif digital, baik itu – di kancah yang kami sebut ‘Fast IT’ – maupun di setiap langkah-langkah penting yang mendukung terwujudnya modernisasi sistem lawas yang bertujuan untuk menjajaki dan membuka setiap peluang-peluang yang sebelumnya terkungkung di dalam sistem – ini yang kemudian kami sebut sebagai ‘Robust IT’. Fujitsu yakin bahwa keuntungan bisnis yang kompetitif dan berkelanjutan hanya dapat terwujud dengan cara mewujudkan keseimbangan antara keduanya. Pendekatan ini diharapkan mampu mendukung optimalisasi antara data dengan proses-proses yang ada, mewujudkan pengintegrasian dan orkestrasi layanan cloud, baik itu yang dimiliki oleh Fujitsu sendiri maupun pihak ketiga, serta mendukung pengelolaan keseluruhan hal tersebut di lingkup on-premise IT.”
Fujitsu kemudian mendefinisikan transformasi sebagai sebuah upaya untuk menjembatani seluruh proses-proses digital dengan mengintegrasikan seluruh pengalaman digital front-end mutakhir dengan seluruh proses dan informasi yang terdapat di tingkat operasional inti yang begitu vital dan fundamental untuk kelangsungan bisnis di masa depan. Perusahaan dituntut untuk dapat mencari paduan-paduan yang tepat dan yang khas bagi masing-masing institusi – termasuk bagi setiap institusi perbankan dan keuangan – tidak cukup hanya dengan melakukan proses-proses linear atau hanya melakukan hal-hal tertentu saja, satu-demi-satu dalam setiap prosesnya.
Lebih jauh lagi, Fujitsu memegang teguh sebuah filosofi bahwa dalam rangka mewujudkan sebuah institusi yang benar-benar digital, mereka terlebih dahulu harus menjadi sebuah institusi yang digitally-enabled secara menyeluruh di segala lini, yakni dengan cara membangun sebuah pengalaman digital mutakhir secara front-end serta menjalin keterhubungan yang sempurna antar masing-masing bangunan tersebut ke sistem back-end dan infrastruktur fundamental yang melandasinya.

Catatan untuk editor


Laporan “Walking the digital tightrope” dapat diunduh di sini.

1Studi mengenai proses pematangan digital pada institusi-institusi yang terletak di kawasan EMEIA. Studi ini digerakkan oleh Fujitsu dan pelaksanaannya dilakukan oleh perusahaan riset independen, Censuswide, pada bulan Oktober 2015. Studi ini mencakup kawasan Inggris Raya, Jerman, Spanyol, dan Swedia, serta terdiri dari dua pokok:
  • Survei kuantitatif terhadap 643 responden dari kalangan pengambil keputusan IT di sektor bisnis ritel, finansial, manufaktur dan sektor publik, mengulas mengenai perilaku perusahaan dalam menjelajahi setiap upaya untuk mewujudkan pengadopsian strategi IT dua kecepatan; faktor-faktor yang mendorong terwujudnya pengadopsian serta kendala-kendala yang menghadang setiap upaya meraih pengadopsian yang sukses
  • Serangkaian survei kualitatif kepada 16 CEOs dari negara yang sama dan dari sektor yang sama pula

Temuan-Temuan yang Spesifik untuk Sektor Finansial

Di dunia yang kian hyper-connected, sukses dalam penyelenggaraan digital di sebuah institusi di sektor keuangan bisa membawa gejolak berarti dan para tampuk pimpinan IT perusahaan masih gamang dengan outcome dari setiap pilihan digital yang mereka jatuhkan. Mereka masih dihinggapi permasalahan terkait minimnya skil dalam tubuh institusi mereka yang mampu mendorong terwujudnya proses digital yang sukses
  • 73 persen responden dari institusi di sektor keuangan mengungkapkan bahwa kesuksesan dalam setiap transformasi digital yang mereka selenggarakan dianggap sebagai sebuah pertaruhan bisnis yang berisiko (70 persen dari seluruh responden juga melihatnya sebagai hal yang serupa)
  • 64 persen responden dari sektor finansial mengungkapkan bahwa mereka ragu-ragu apakah keputusan mereka terkait pengadopsian digital di perusahaan sudah tepat
  • 52 persen responden dari sektor keuangan mengklaim bahwa mereka tidak memiliki skil yang cukup dalam mendukung terselenggaranya proses-proses digital di bisnis mereka
Para CEO di sektor keuangan menjadi pendorong utama tercetusnya proses akselerasi dalam pengadopsian digital di perusahaan mereka – hal ini didorong oleh iming-iming yang dijanjikan dari transformasi digital ini, yakni terselenggaranya proses-proses bisnis secara lebih efisien dan peningkatan pendapatan secara maksimal
  • 77 persen responden dari sektor finansial begitu antusias untuk mendorong segera terwujudnya pengadopsian digital
  • 22 persennya, agenda digital hampir semuanya dicetuskan dan didorong langsun goleh CEO mereka. . Lain halnya di industri ritel, manufaktur dan utilitas, serta di sektor-sektor publik, semangat ini biasanya muncul dari tampuk pimpinan selevel lebih rendah dari level CEO.
  • Hal ini kemungkinan didorong adanya pemahaman atas keuntungan dan manfaat yang dibawa oleh adanya transformasi digital terhadap bisnis – bagi 38 persen para pengambil kebijakan IT di perusahaan menganggap bahwa ‘penciptaan nilai atau pendapatan’ merupakan satu dari tiga pokok manfaat yang dihasilkan dari terwujudnya transformasi digital di sebuah perusahaan
  • Ketika diminta untuk menyoroti tiga hal besar yang mengancam institusi mereka atas gagalnya penyelenggaraan proses digitalisasi yang cepat, responden mencatatkan akibat-akibat yang menjadi kekhawatiran mereka: terpangkasnya produktivitas (45 persen), meroketnya biaya (41 persen) dan jatuhnya pendapatan perusahaan secara keseluruhan (41 persen)
Proses-proses penyelenggaraan transformasi diharapkan akan mampu mewujudkan sebuah keberhasilan besar dari seluruh investasi IT yang telah ditanamkan, namun institusi-institusi di sektor finansial membutuhkan sebuah pendekatan strategis yang lebih selaras dan seimbang
  • 61 persen dari institusi di sektor finansial mengungkapkan bahwa belanja IT secara garis besar dialokasikan untuk dua hal, mendorong terwujudnya proses transformasi IT dan untuk mendukung pengelolaan IT sehari-hari – dengan sebagian besar investasi dialokasikan untuk mendukung proses transformasi IT perusahaan
  • Hanya 13 persen saja yang mengungkapkan bahwa belanja IT lebih diutamakan untuk mendukung kebutuhan IT sehari-hari bagi perusahaan
  • Hanya 40 persen saja yang mengungkapkan bahwa bisnis mereka telah selaras dengan prioritas-prioritas digital
  • ‘Kegagalan untuk memprioritaskan proyek-proyek digital’ dipilih oleh responden sebagai satu dari tiga kendala utama dana mewujudkan proses digital yang sukses di sebuah perusahaan. Hal ini seperti diungkapkan oleh sekitar 31 persen responden
  • 62 persen pengambil kebijakan IT yakin bahwa institusi mereka akan memperoleh keuntungan dari penerapan pendekatan belanja IT yang lebih seimbang dan selaras
Meskipun dipersepsikan oleh banyak kalangan sebagai sektor yang sukses dalam menyelenggarakan transformasi digital, institusi finansial tidak mau jumawa soal kematangan digital dan yakin bahwa mereka mampu dan siap mengejar di tengah kompetisi
  • 31 persen dari para pengambil kebijakan IT yakin mereka telah ‘sangat matang’ terkait pengadopsian digital yang mereka lakukan
  • 29 persennya mengatakan ‘sangat yakin’ bahwa mereka telah mengadopsi pendekatan strategis yang tepat soal pengadopsian digital
  • 62 persen dari para pengambil keputusan IT perusahaan sepakat bahwa institusi mereka tengah siap mengejar kancah kompetisi soal transformasi digital

Sumber rujukan lain

-  Fujitsu blog: http://blog.ts.fujitsu.com
-  Fujitsu Twitter: http://www.twitter.com/Fujitsu_Global
-  LinkedIn: http://www.linkedin.com/company/fujitsu
-  Fujitsu Facebook: http://www.facebook.com/FujitsuICT
-  Fujitsu pictures dan media server: http://mediaportal.ts.fujitsu.com/pages/portal.php
-  Untuk informasi terbaru, ikuti terus Fujitsu newsroom: http://ts.fujitsu.com/ps2/nr/index.aspx

Mengenai Fujitsu

Fujitsu adalah perusahaan informasi dan teknologi komunikasi (ICT) terdepan di Jepang, menawarkan rangkaian lengkap produk, solusi dan layanan teknologi. Saat ini sekitar 159.000 karyawan Fujitsu melayani pelanggan di lebih dari 100 negara. Kami memanfaatkan pengalaman serta keunggulan kami di bidang ICT untuk bekerjasama dengan pelanggan kami dalam rangka membentuk masa depan gemilang bagi masyarakat. Pada tahun fiscal yang berakhir pada 31 Maret 2015, Fujitsu Limited (TSE: 6702) melaporkan pendapatan terkonsolidasi sebesar 4,8 triliun yen (atau sekitar US$40 miliar). Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi http://www.fujitsu.com.

Mengenai Fujitsu Indonesia

PT. Fujitsu Indonesia didirikan pada tahun 1995 dengan nama PT. Fujitsu Systems Indonesia, dengan kantor pusat yang berkedudukan di Jakarta dan didukung lebih dari 75 layanan purna jual resmi di seluruh Indonesia. Fujitsu Indonesia memiliki visi untuk menjadi penyedia solusi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terkemuka yang berfokus pada kebutuhan pelanggan. Fujitsu menawarkan rangkaian solusi yang luas dan lengkap, meliputi produk-produk yang terdiri dari PC berkualitas tinggi hingga Server yang siap mendukung pekerjaan-pekerjaan penting, solusi aplikasi untuk bisnis dan manufaktur, serta infrastruktur TIK. Pelanggan Fujitsu di Indonesia terdiri dari beragam industri dan segmentasi, seperti pemerintahan, manufaktur, ritel, minyak dan gas bumi, serta telekomunikasi – termasuk perusahaan-perusahaan telekomunikasi dan manufaktur terbesar di Indonesia.

PT. Fujitsu Indonesia telah mengantongi sertifikasi ISO 9001:2008 dan di lingkup layanan dan solusi TIK yang dihadirkannya, Fujitsu menerapkan sistem manajemen kualitas dengan standar yang telah terdaftar di sistem internasional. Diperolehnya ISO 9001:2008 mendorong Fujitsu dalam menerapkan pendekatan strategis dalam pengembangkan, penerapan, serta peningkatan efektivitas menuju tercapainya kepuasan pelanggan yang leibh baik. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: http://www.fujitsu.com/id

Mengenai Fujitsu EMEIA

Fujitsu enables customers to capitalize on digital opportunities with confidence, by helping them to balance robust ICT and digital innovation. The leading information and communication technology (ICT) company can achieve this based on its full portfolio of business-technology products, solutions and services, ranging from workplace systems to data center solutions, managed services, and cloud-based software and solutions. Fujitsu’s vision is to enable a Human Centric Intelligent Society that creates value by connecting infrastructure, empowering people and creatively defining new forms of intelligence. In Europe, the Middle East, India and Africa (EMEIA), Fujitsu employs more than 29,000 people and is part of the global Fujitsu Group. For more information, please see http://www.fujitsu.com/fts/about/

Kontak Media

Raras Kania

Phone: Phone: (62) 21 570 9330
E-mail: E-mail: raras.wiriaatmadja@id.fujitsu.com

JavaPR

Bambang Moegono

Senior Consultant


Phone: Phone: (62) 817 807 167
E-mail: E-mail: moegono.bambang@javapr.com


Untuk informasi lebih lanjut mengenai produk, silakan menghubungi info@id.fujitsu.com

Date: 27 April, 2016
City: Jakarta
Company: Fujitsu Indonesia